Selasa, 29 Agustus 2017

Where Is good In Goodbye?

            Beberapa bulan belakangan ini aku menjadi sering gelisah. Seringkali mencoba agar diri ini menjadi lebih tenang tapi semua sia sia, tak ada yang bertahan lama. Aku sadar, aku mulai merasakan kehilangan sosok yang selama ini ku jadikan sandaran. Entah kenapa dia berubah begitu saja. Sulit untuk percaya itu, aku pun menjadi lebih emosional, dia pun bingung. Dan masih kuingat Jumat itu aku bicara baik baik dengannya, ku ungkapkan apa penyebab gelisahku dan ia berkata, sudah lega kan unek-uneknya di keluarin? sekarang sudah ngerti kenapa sering gitu. Dan kami pun seperti biasa kembali, kuingat di akhir pesanku, aku bilang sekarang semua gimana dia, secara tidak langsung aku bicara jika lanjut aku hanya minta diberi kepastian tentang hatinya. 2 hari berlalu dan ia kembali tak ada kabar. Inikah yang kamu sebut dengan menjagaku? seperti yang kau katakan di awal pertemuan kita. Oh mungkin kamu lupa, tapi aku tidak. Dan apaa kau tahu bagaimana aku merasa kehilangan saat ini? baiklah aku akan mencoba sedikit menjabarkan rasa itu.

         Semenjak kau pergi aku menjadi lebih peka pada ponselku. Berharap yang ku terima adalah pesan darimu, memang melelahkan tapi itu yang ku lakukan. Bahkan kerap kali aku membuka akun sosmed mu sekedar ingin tahu adakah cerita yang kau bagikan disana?, aku pun membuka whatsapp mu yang kini kau sembunyikan privacy last seen. Sedih?? Iya, karna hanya dari sana aku tau sedang apa dirimu? apakah kau sedang sibuk atau tidak.. Dan kini hari libur yang biasanya kau jadikan untuk menelfon ku pun kini tak ada lagi, tak ada panggilan masuk yang membuatku kebingungan untuk bicara apa :). Jika rindu akupun hanya melihat foto kita, dan segera ku tutup foto-foto itu, karna itu hanya menyisakan kesedihan di hati ini.

          Jika memang sudah sampai disini, aku akan belajar untuk menerima dan ikhlas. Karna aku sadar perasaan tidak bisa dipaksakan. Satu pintaku jangan datang kembali dan memberi harapan seakan kau akan tetap menjagaku dan berada di sampingku.


Senin, 28 Agustus 2017

Masih Bolehkah Aku Mengharapkanmu?

 

Apakah definisi cinta hampir selalu memiliki ritme yang sama? Apakah Tuhan telah menggariskan perjalanan cinta setiap orang dengan kisah yang hampir serupa? Atau, apakah hanya aku yang menamai ini cinta, sedang yang ada hanya aku yang berjuang, bagiku kamu tidak sama sekali. Menyesakkan. 

Aku tahu ini sia-sia –tetapi mungkin hanya pendapatku saja-. Dan parahnya, aku tak mampu menghentikan perasaan yang ku sebut bak gayung bersambut namun menjadi bertepuk sebelah tangan. Sering aku tiba-tiba merasa paling putus asa, namun kemudian aku pada semangat yang lain muncul seketika. Bahwa cinta memang harus diperjuangkan bagaimanapun sulitnya, batin semangatku waktu itu.
Namun apa? Bagiku ini sakit berkepanjangan, kamu yang membuatku berharap sejauh ini. Kalau kamu tegas sejak awal perasaanku tumbuh, aku akan mundur teratur. Namun kamu sendiri yang mengizinkanku dekat denganmu waktu itu. Saat ini –yang perlu kamu tahu, bahkan aku berharap kamu membaca tulisan ini-, melupakanmu adalah hal yang paling konyol buatku. Kata-kata “Maaf aku terlalu berharap” atau “maaf sudah mengganggumu” adalah bukan aku sama sekali. Aku tak dibesarkan menjadi pengecut, bahkan sampai pada titik paling miris ini, di mana perasaan adalah kumpulan hari-hari yang rentan, dan rindu jadi kamu yang makin kelabu.
Semingguan ini aku menjadi lebih peka dengan ponselku. Sekali bunyi, aku selalu berharap itu pesanmu. Aku tahu, ini melelahkan. Namun entahlah, aku menjadi sosok paling semangat menunggu satu responmu, apa saja. Kalau aku ingat-ingat, kejadian ini acap kali berulang, dan malangnya aku selalu gagal mengambil pelajaran. Waktu itu ketika aku benar-benar sadar bahwa bukan kamu sebaiknya orang yang harus ku harapkan, bahwa hanya aku yang selalu memperjuangkanmu, tiba-tiba pagi-pagi sekali asumsiku buyar menguap tanpa sisa setelah kamu datang dengan hanya lewat pesan singkatmu. “Maaf kotak nasinya lupa belum dikembalikan, mau diisi apa?”, wahai perasaan, apakah ia lahir selalu berseberangan dengan kata bernama logika. Aku berjingkrak-jingkrak senang bukan main waktu itu. Ingin ku umumkan pada dunia bahwa akulah seorang beruntung itu. Aku lupa, lupa sama sekali dengan peristiwa-peristiwa sebelumnya ketika aku harus berlama-lama menunggu pesan singkat lewat ponsel yang kuharapkan darimu, bahkan aku lupa dengan masa di mana aku kehilangan semangat mengharapkanmu.
Siapa yang salah? Kamu yang tidak peka sama sekali atau aku yang terlalu berharap?
Baiklah, ada baiknya kali ini aku mengalah, namun aku tak pernah merasa kalah.
Aku sadar, mungkin rindu bisa di mana saja berlabuh. Perasaan bisa kapan saja bertandang. Namun tidak dengan memiliki. Ia sesekali hilang bak angin yang tak bertemu pepohonan, tak bersambut. Akhirnya, yang ku sisakan sekarang adalah hati yang siap dengan segala hal terbaik dan terburuk setiap waktunya. Aku tidak mundur, namun aku sadar diri. Sering kali, terlalu memikirkanmu membuatku lupa mengerjakan banyak hal. Ibadahku kacau, kesehatanku terganggu, dan aku menjadi makin galau. Semoga dengan begini, aku menjadi pribadi lebih baik lagi. Biarlah rasa ini begini adanya, tak apa, aku menyetujuinya. Satu lagi, kalau kamu sempat dan berkenan, silakan saja kirim pesan singkatmu dengan isi apa saja padaku, kapanpun dan dalam suasana apapun. Ada kegembiraan tersendiri dan euphoria kecil-kecilan yang ku rayakan ketika menerima pesan singkatmu. Itu saja.
Repost

Senin, 07 Agustus 2017

Antara Ketidakadilan dan Keikhlasan

Belakangan ini aku merasa diperlakaukan tidak adil*. Hatiku berontak. Air mataku selalu mengembang di kelopak mata, bila mengingat hal itu.

Aku ingin menggugat ketidak adilan ini. Bukankah adil adalah salah satu asma muliaNya yang harus ditegakkan?

Apa yang kau rasakan, diperlakukan tidak adil oleh orang orang seperti mereka..  Sudah memberontak tapi apa daya aku pun di acuhkan. Hanya bersabar dan belajar ikhlas.

Berada di sebuah tempat yang mewah tidak akan menjadikanmu menjadi orang yang mewah, kadang ketidakadilan lah yang membuatmu sadar kalau kamu bukan dari bagian dari rumah mewah tersebut.

Sekarang aku harus belajar ikhlas, bukankah apa yang kita kerjakan sekarang tidak harus berbuah di dunia. Namun terus terang ‘untuk satu hal ini’ aku merasa sulit untuk ikhlas.

Aku yakin Allah tidak pernah tidur, dan keadilan akan segera terwujud..




Repost by : https://idasw.wordpress.com/ 

Senin, 16 Januari 2017

Kau Yang Membuatku Nyaman



Hai kamu, iyah kamu .. :(


Kamu yang berhasil membuatku nyaman ...

Kamu yang selalu membuatku tertawa dengan emoji dan semua hal yang kamu ceritakan ...

Kamu yang selalu membuat perasaanku tak karuan ...

Aku mengenalmu mungkin belum terlalu lama.. Yaa 8 bulan kiranya terlalu singkat bagiku, waktu terasa begitu cepat saat aku sudah mengenalmu. Hariku menjadi lebih berwarna :)
Saat itu kita bertemu disuatu ruang yang biasa digunakan untuk makan siang, kita duduk berhadapan. Berawal dari sekedar basa-basi untuk menghilangkan rasa gugup antara karyawan baru dan lama, kamu bertanya banyak. Jujur aku tak terlalu menanggapi pertanyaanmu saat itu. Aku hanya merasa gugup dan ingin cepat pergi untuk menyelesaikan makasn siangku.

Tak ada yang aneh saat itu .. semua berjalan biasa saja .. tak ada perasaan apapun. Hingga akhirnya kaupun menemaniku untuk berjalan menikmati indahnya Bandung di malam hari.
Entah ini takdir atau apa, yang jelas Allah telah mengabulkan doaku.. Aku berada dan merasakan seperti yang saat ini aku rasakan merupakan salah satu doaku, begitu juga denganmu :)

Bagiku hal yang menyenangkan mendengarkan suaramu saat kau bercerita..

Hei ! kamu berhasil membuatku merasa nyaman di dekatmu. Kamu berhasil membuatku menyukaimu.

Aku menyukaimu dengan segala apa yang ada pada dirimu. Aku menyukaimu dengan semua kesederhanaanmu.

Aku suka kamu dengan apa adanya kamu. Kamu dengan kemeja, jeans biru dan sepatu kets. Gayamu yang cuek tapi terlihat dewasa dan selalu mencoba untuk memahamiku. Kamu dengan segala tingkahmu yang selalu membuatku ketawa, aku suka.. Walaupun bagimu hal tersebut tidaklah lucu

Iyaa ... aku suka kamu ..
Tak peduli apapun itu .. kenyataannya kini hanya kamu yang mampu membuatku nyaman ..

Ya .. kau yang membuatku merasa nyaman aku tak ingin berada jauh darimu ..

Rabu, 26 Oktober 2016

Menemukanmu

             Kini hati sudah tak terpenjara oleh luka lama. Taka da yang terlalu lama untuk mempertahankan, taka da juga yang terlalu cepat untuk melepaskan. Karena waktulah yang akan menemukan ketepatan.
Jika kini aku sudah bisa melepas, mungkin tuhan sudah menyiapkan seseorang yang pas. Aamiin allahuma aamiin. Entah kamu atau siapapun yang tengah tuhan persiapkan untuk menjadi imam ku kelak, aku hanya berdoa agar ia mampu membimbingku menjadi wanita yang lebih baik lagi, mampu merubahku menjadi pribadi yang lebih dewasa, tidak manja, tegar, dan mengerti apa yang aku rasa seperti yang kamu lakukan padaku saat ini *senyum*

            Pada awalnya aku takut jatuh dan sama sekali tidak ku menemukan tangan yang mamu ku rengkuh. Aku takut menggantungkan perasaan, aku takut menitipkan hatiku kembali kemudian tersakiti. Namun disaat aku benar benar menunggu datangnya kebahagiaan, kamu di datangkan oleh tuhan. Kita dipertemukan dalam sebuah scenario yang tidak pernah ku duga sebelumnya.

            Kau mungkin tak sadar kalau hadirmu adalah penerang, yang menjelaskan pandanganku tentang gelap dan hitam, yang menuntunku pada satu jalan untuk menemukan jawaban, yang menunjukan padaku kalau cinta itu mampu menyembuhkan.

Terimakasih untuk sebuah adamu yang mampu menuliskan cerita-cerita baru.

Rabu, 10 Agustus 2016

Orang Ketiga Yang Sengaja Di Undang

Assalamualaikum,

Duhh rasanya dag dig dug gimana gitu ketika memutuskan untuk membahas topik ini :) . But life must go on duhhh bapernya mulai dehh hehe *kidding :)

Ketika kehadiran kita tanpa sengaja menjadi masalah untuk orang lain, mungkin ini terkesan aneh tapi ya begitulah adanya :). Kadang kita ada di tempat dan waktu yang salah untuk orang lain, yang mungkin membuatnya kecewa dan terluka. Bagaimana kalau ternyata kehadiran kita tanpa disengaja? Menurutku beda loh sobat. Kehadiran yang memang sengaja untuk membuat orang lain terluka dan memang yang tidak disengaja. Masuk tiba tiba atau bahkan diundang oleh si Dia yaa memang itu mungkin sudah menjadi salah satu rangkaian dari kehidupan kita. Mungkinnn :)

Tentu saja tak ada orang yang ingin kisah cintanya berujung pada perpisahan, karena hadirnya orang lain. Sekali lagi pertanyaanya adalah benarkah Allah mengirim orang ketiga hanya sebagai godaan atau malah Allah mengirim orang lain itu sebagai petunjuk yang nyata tentang cinta yang Allah cipta untuk kita?
Lalu ketika kita menjadi orang lain yang hadir, kita menganggap diri ini seperti apa? Akankan menggap diri kita sebagai godaan? atau kita sangat yakin, bahwa kita adalah orang tepat yang Allah ciptakan untuknya?

Mungkin kita semua akan sepakat bahwa hadir dalam kehidupan orang lain, sudah seharusnya tahu diri bahwa dia sedang memasuki kehidupan orang lain yang mengakibatkan orang lain sakit hati? Tetapi bagaimana kalau tanpa disengaja kita menjadi orang ketiga? Bukankah tamu tidak akan datang, jika tuan rumahnya tidak membukakan pintu :)

Tapi semua itu tergantung pada pribadi masing masing, bagaimana kalian menyikapi semua ini :)
Semoga jalan yang kalian pilih adalah kebaikan untuk semua dan berjuanglah untuk apa yang kalian yakini.

Sampai jumpa di artikel dengan topik orang ketiga berikutnya yaa.
BTW ini bukan di ambil dari kisah pribadi yah, hanya sekedar sharing sajaa dari cerita teman-teman hehe :)


Terimakasih,

Wassalam

Senin, 08 Agustus 2016

Keikhlasan Jiwa

Assalamualaikum,

Hi sahabat, rasanya sudah lama saya tidak menulis artikel untuk para sahabat :) :) hehee
Kali ini kita akan membahas mengenai ikhlas, ikhlas yang seperti apa sih yang kita butuhkan? Apa saat kita tertimpa musibah, lalu kita menerima saja, apa itu yang disebut ikhlas? Apa itu yang disebut ikhlas, kita harus menerima segala sesuatu padahal hati masih menggerutuuu sakitnya?? Ahh saya rasa ikhlas buka seperti itu :)

Ikhlas tidak bisa kita paksakan, sebab bila kita memaksakan diri tentu saja itu bukan ikhlas, namanya juga memaksa pasti akan terpaksa.
Dalam mengaplikasikan ikhlas itu sendiri, perlunya sifat ber husnudzon atau berprasangka baik terhadap ketentuan Allah, bukan dengan menahannya jika ketentuan Allah tidak sesuai dengan yang kita inginkan tetapi menerima dengan penuh kerelaan, kesadaran, serta ilmu dan pengertian akan ketentuan tersebut.

Misalnya saja saat kita merasakan sakit (baik fisik ataupun hati), merasakan kehilangan dan sebagainya, tentunya bukan diterima begitu saja dan mengucap "gapapa aku ikhlas" padahal dalam hati masih menggerutuu " aku tuh gaterima kalau dia pergi tiba tiba dan bahagia dengan yang lain" weleh welehhh mbaa, katanya sudah ikhlas tapi ko begitu yahh :p hehee
Sedih, kecewa, kehilangan itu hal yang sudah biasa, tapi sedikit orang yang bisa belajar menerima atas semua rasa sakit itu. Tak ada salahnya kita menangis ataupun bersedih karna Allah memang tidak melarang kita untuk menangis, tapi yaa alangkah baiknya jika kita jangan terlalu berlarut dalam rasa sedih itu. Ingat walaupun kita bersedih, itu tidak akan merubah segala ketentuannya. Coba mari kita belajar menerima, yakinlah Allah tidak akan mengambil sesuatu darimu kecuali akan diganti lebih baik.
Aku yakin sahabat sudah tahu quotes tersebut, tapi pasti banyak dari para sahabat yang belum belajar apa sih tujuan dari kalimat itu? Yukk mari kita belajar, pahami, renungi, dan terapkan dalam kehidupan sahabat. Insya Allah sahabat akan bisa menerima segala ketentuan Allah dengan lebih baik dan ikhlas :)
 Aamiin Allahuma Aamiin :)

Jangan lupa bahagia yaa :)

Terimakasih, sampai jumpa di artikel berikutnya. Semoga bermanfaat :)

Wassalam ....